Sabtu, 29 September 2012

SIKSAAN API NERAKA

 
3. Ahli neraka disiksa dengan panas api yang berlipat-lipat

لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ذَلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ (۱٦)
Bagi mereka (ahli neraka) mendapatkan siksaan api neraka yang berlapis-lapis dari atas dan di bawah mereka, Demikianlah Allah menakut-nakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku Hai hamba-hamba-Ku.
QS Az Zumar : 16

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِزَامِيَّ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِي يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ قَالُوا وَاللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهَا فُضِّلَتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهَا مِثْلُ حَرِّهَا
Dari Abi Hurairah ra sesungguhnya Nabi saw bersabda: api kalian ini yang dinyalakan oleh anak Adam satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panas api neraka, para sahabat berkata ; Demi Allah sesungguhnya satu bagian ini ( api dunia ) sudah cukup panas, ya Rasulullah! Beliau bersabda : sesungguhnya satu bagian api neraka itu dilipat gandakan panasnya enam puluh sembilan kali panas api dunia, masing-masing satu lapisan panasnya seperti itu.
HR Muslim 13:488 No 5077, Tirmidzi 9:162 No 2514, Ibnu Majah 12:378 No 4309, Ahmad 16:319 No 7778, Mushonaf Abdur Razzaq 11:423.

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي ابْنَ عَطَاءٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا نَضْرَةَ يُحَدِّثُ عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى حُجْزَتِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى تَرْقُوَتِهِ
Dari Samurah bin Jundab ra sesungguhnya Nabi saw bersabda diantara ahli neraka ada yang dibakar oleh api neraka sampai dua tumitnya, ada yang sampai dua lututnya, ada yang sampai pinggangnya, dan ada yang dibakar oleh api neraka sampai pundaknya.
HR Muslim 2:643 No 2845, Ahmad 41:74 No 19244, Mushanaf Ibnu Abi Syaibah 8:101.

إِنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، سَأَلَ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ عَنِ التَّقْوَى، فَقَالَ لَهُ: أَمَا سَلَكْتَ طَرِيْقًا ذَا شَوْكٍ؟ قَالَ: بَلَى قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ؟ قَالَ: شَمَّرْتُ وَاجْتَهَدْتُ، قَالَ: فَذَلِكَ التَّقْوَى.
Sesungguhnya Umar bin Khatab ra bertanya ( mengajari ) kepada Ubai bin Ka’ab tentang Taqwa, Umar bertanya kepadanya; apakah kamu pernah melewati jalan yang berduri? Ubai menjawab ; benar, pernah! Umar bertanya ; lalu apa yang kamu lakukan? Ubai menjawab ; saya berhati-hati dan bersungguh-sungguh ! Umar berkata : itulah Taqwa!
Ibnu Katsir 1:164

Kamis, 06 September 2012

KISAH UANG Rp 1.000 DAN Rp 100.000

Uang Rp 1.000 dan Rp 100.000 sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama dicetak dan diedarkan oleh Bank Indonesia (BI).
Ketika bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat, 4 bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda.


Kemudian diantara kedua uang tersebut terjadilah percakapan; Yang Rp 100. 000 bertanya kepada Rp 1.000, ‘Kenapa badan kamu begitu lusuk, kotor dan bau amis? Rp 1.000 menjawab, ‘Karena aku begitu keluar dari Bank langsung ditangan orang-orang bawahan dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan ditangan pengemis.’


Lalu Rp 1.000 bertanya balik kepada Rp 100.000, ‘Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?’
Dijawabnya, ‘Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik, dan beredarnya pun di restoran mahal, di mall dan juga hotel-hotel berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet.’ Lalu Rp 1.000 bertanya lagi, ‘Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah?’
Dijawablah, ‘Belum pernah’


Rp 1.000 pun berkata lagi, ‘Ketahuilah walaupun aku hanya Rp 1.000, tetapi aku selalu mampir di seluruh tempat ibadah, dan ditangan anak-anak yatim piatu dan fakir miskin bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang bukan sebuah nilai, tetapi adalah sebuah manfaat.’


Akhirnya menangislah Rp 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tetapi tidak begitu bermanfaat selama ini. Jadi bukan seberapa besar penghasilan kita, tetapi seberapa bermanfaat penghasilan kita pakai untuk ke jalan yang benar.

KARENA KEKAYAAN BUKANLAH UNTUK KESOMBONGAN..